Kamis, 09 Januari 2014

KONFLIK BATIN : BINGUNG MEMILIH JURUSAN DAN UNIVERSITAS YANG TEPAT?





Bicara soal konflik batin apalagi masalah memilih jurusan dan universitas, saya punya pengalaman tersendiri dan tidak lama terjadi, tepatnya tahun 2013 lalu.

Saat kelas 3 SMA, ini saat-saat sibuknya anak-anak tahun terakhir di SMA menyiapkan diri untuk UAN dan SNMPTN. Banyak pertanyaan dari beberapa teman-teman saya termasuk diri saya sendiri yang pada waktu itu masih bingung dan tidak tahu harus bagaimana. Tiap hari bolak balik ke BK untuk konsultasi jurusan dan universitas. Banyak sekali kata-kata yang menusuk hati karena guru BK mengatakan kalau jurusan dan universitas yang saya pilih tidak cocok (sayanya juga sih yang tidak kira-kira memilih jurusan super). Saya konsultasi juga sama orangtua dan tetap saja jawabannya bikin saya galau. Teman-teman saya juga ikut memberi masukkan ke saya dan saya malah jadi tambah galau.

Dan akhirnya, saya memutuskan dari sekian banyak pendapat, saya memutuskan untuk memilih jurusan teknologi informasi atau teknik informatika yang terasa cocok dengan saya yang senang dengan teknologi dan meski saya masih seorang amatir. Apalagi di era globalisasi seperti ini, perusahaan-perusahaan sangat memerlukan tenaga kerja yang ahli  dalam bidang teknologi. Oke. Jurusannya sudah pasti, universitasnya yang belum pasti. Setiap anak pasti punya cita-cita sekolah di universitas negeri termasuk saya salah satunya. Dengan berani saya mendaftarkan diri ke tiga universitas negeri, dan puji Tuhan saya diterima pada pilihan yang ketiga di universitas negeri di Purwokerto jurusan teknik informatika. Namun, karena adanya kendala saat mau mendaftar ulang, jadilah saya gagal merantau.

Sebelum diadakannya ujian nasional saya cepat-cepat mendaftarkan diri ke Universitas Gunadarma dengan jurusan Teknik Informatika dan dinyatakan diterima. Universitas Gunadarma terkenal dengan jurusan Teknik Informatikanya maka karena itu dengan yakin saya  mendaftarkan diri sebelum didahului orang lain. Saya senang bisa masuk ke jurusan yang sesuai dengan minat dan kemampuan saya. Kini saya sudah memiliki teman baru, suasana baru, kisah yang baru di tempat saya menuntut ilmu.

Buat adik-adik yang sedang memilih jurusan dan universitas, pilihlah jurusan sesuai dengan kemampuan dan minat kalian. Jangan memaksakan diri jika jurusan tersebut tidak sesuai dengan diri kalian. Boleh saja meminta pendapat orang lain namun pada akhirnya kalian sendirilah yang harus memutuskan karena kalian yang akan menjalani kehidupan perkuliahan kalian. Jangan terburu-buru memutuskan, jika tidak pas, kalian malah akan kewalahan saat kuliah.

Jangan putus asa! Tetap berpengharapan dan berdoa! Good luck :)


Sumber : pengalaman sendiri :)


Rabu, 08 Januari 2014

Pelapisan Sosial di Lingkungan Sekitar




         Social stratification

Seorang individu tidak bisa hidup sendiri. Mungkin bisa hidup mandiri, tetapi tetap saja seorang individu membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Hidup bermasyarakat, inilah yang biasa dilakukan oleh setiap individu yang tinggal di suatu wilayah. Hidup saling bertetangga, saling bersosialisasi dengan invidu lain di sekitarnya, saling membantu, dan lain sebagainya.

Stratifikasi sosial atau social stratification sendiri memiliki arti pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal.

Kesenjangan Sosial

Ini nih yang biasanya bikin ibu-ibu arisan suka banget ngegosip (hehe). Tidak jarang ada saja kesenjangan sosial di suatu wilayah. Kesenjangan sosial terjadi dimana saja, mau di desa atau di kota sama saja, pasti ada saja yang namanya kesenjangan sosial.

Kesenjangan sosial adalah suatu fenomena ketidakseimbangan sosial yang membuat adanya perbedaan yang sangat mencolok dalam kehidupan manusia. Kesenjangan sosial dapat terjadi karena adanya beberapa faktor sebagai berikut :

1.       Dari dalam diri individu
Artinya adalah faktor yang menyebabkan terjadinya kesenjangan sosial adalah berasal dari individu itu sendiri karena rendahnya kualitas diri daripada yang lain dan juga karena adanya nilai-nilai sosial yang menjadi kiblat di daerah individu itu tinggal seperti adanya pelapisan masyarakat dengan kriteria yang bersifat kontras yaitu kekayaan, kekuasaan, kehormatan, dan pendidikan atau penguasaan ilmu pengetahuan. Dalam penjelasan Lewis (1969), kesenjangan sosial tipe ini muncul karena masyarakat itu terkungkung dalam kebudayaan kemiskinan.

2.       Dari luar kemampuan individu
Artinya adalah faktor yang menyebabkan terjadinya kesenjangan sosial adalah berasal dari kebijakan-kebijakan resmi atau terjadi karena adanya birokrasi yang membatasi kemampuan seorang individu.


                   Pelapisan Sosial di RT 06/ RW 15

Di sekitar rumah saya di Bekasi. Keluarahan Kayuringin Jaya. Kecamatan Bekasi Selatan. Kami bertempat tinggal di kawasan menengah keatas, setiap keluarga memiliki mobil pribadi. Dan hampir semuanya berumah tingkat dua. Di depan rumah saya adalah pangkalan becak dimana biasanya tukang becak duduk sembari minum kopi atau main catur. Di seberang jalan ada warung kecil, yang menjual jajanan anak-anak atau soft drink. Di lingkungan RT saya, penduduk saling kenal dengan tukang becak, penjual jajanan, dan pedagang yang biasanya keliling RT atau singgah di warung depan rumah. Saking terbiasanya, tak jarang bapak-bapak yang baru pulang kerja turut serta berbincang santai di warung depan rumah saya.

Meskipun terlihat adanya kesenjangan sosial dalam hal ekonomi. Tetapi, saya rasa tidak ada kesenjangan sosial yang berarti. Kebanyakan tiap-tiap keluarga terbiasa untuk saling berkomunikasi dengan para tetangganya, bahkan menganggap seperti keluarga sendiri. Jika terjadi masalah, akan dibicarakan bersama seperti seharusnya. Saya harap akan terus seperti ini ke depannya dan juga semua wilayah di Indonesia bisa tenang dan damai tanpa menjadikan kesenjangan sosial sebagai alasan untuk tidak bisa bersatu.


SUMBER