Rabu, 13 November 2013

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PROSES PENDEWASAAN SESEORANG


       Pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi negatif maupun positif.


 Orang tua adalah faktor utama yang berperan penting dalam perkembangan anak.  Orang tua adalah ayah dan/atau ibu seorang anak, baik melalui hubungan biologis maupun sosial. Tugas orangtua melengkapi dan mempersiapkan anak menuju ke kedewasaan dengan memberikan bimbingan dan pengarahan yang dapat membantu anak dalam menjalani kehidupan. Perbedaan pola asuh orang tua ternyata dapat mempengaruhi perkembangan anak.

Orang tua adalah teladan kehidupan anak-anak.
Setiap orang tua diberi tanggung jawab besar, keistimewaan luar biasa, serta anugerah karena menjadi teladan yang menentukan hidup, bahkan mungkin membentuk seseorang yang suatu hari nanti akan menjadi orang tua juga. Pola asuh orang tua bisa menjadi acuan bagi anak-anaknya.
Pola asuh orang tua menurut Baumrind (1967) dibagi menjadi 4, yaitu:

·         Pola asuh demokratis
·         Pola asuh otoriter
·         Pola asuh permisif
·         Pola asuh penelantar

1.      Pola asuh Demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.

2.      Pola asuh otoriter sebaliknya cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Misalnya, kalau tidak mau makan, maka tidak akan diajak bicara. Orang tua tipe ini juga cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi, dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya.

3.      Pola asuh Permisif atau pemanja biasanya meberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak.

4.      Pola asuh Penelantar. Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkala biayapun dihemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang depresi pada umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik maupun psikis pada anak-anaknya.

PENGARUH POLA ASUH TERHADAP ANAK

Berdasarkan macam-macam pola asuh diatas, dapat kita simpulkan bahwa setiap orang tua memiliki gaya yang berbeda-beda dalam mengasuh anak-anak. Ada yang berpengaruh positif dan ada juga yang negatif. Sebagai contoh misalnya, para orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis. Pola asuh ini bernilai positif bagi anak-anak untuk berkembang dengan baik. Ketika anak-anak mereka dewasa nantinya akan terbiasa dengan berpikir kritis dan bersikap rasional. Anak-anak dengan pola asuh seperti ini akan terbiasa dengan demokrasi dan berani mengeluarkan pendapat.

Pola asuh orang tua mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menentukan bagaimana bentuk pribadi anak dimasa depan, Oleh sebab itu orang tua harus benar-benar mawas diri dan bersungguh-sungguh dalam menanamkan nilai-nilai kehidupan serta norma-norma yang baik kepada anak melalui pola asuh yang baik dan benar. Hendaknya orang tua lebih memahami nilai-nilai dan norma-norma kehidupan dan mengajarkan hal tersebut dengan sosialisasi yang baik kepada anaknya. Pilihlah pola asuh anak yang baik agar anak yang diasuh dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang berkarakteristik baik.


SUMBER








Jumat, 18 Oktober 2013

Masalah Sosial Di Kalangan Remaja : Kenakalan Remaja

        





         PENGENALAN

Kenakalan remaja dari masa ke masa terus merebak dan semakin tinggi eksistensinya. Adanya kenakalan remaja ini sering membuat masyarakat resah akan keberadaannya. Banyak cara telah dilakukan namun tidak bisa menghentikan masalah sosial tersebut. Akhlak remaja semakin jatuh dan bagaikan tidak dapat dibendung lagi.

Kebanyakan remaja pada umumnya sulit untuk menerima aturan dan justru melanggar tata tertib yang ada. Upaya rehabilitasi dianggap lebih tepat untuk mengatasi masalah kenakalan remaja. Hal ini karena remaja adalah generasi penerus yang masih memungkinkan potensi sumberdaya manusianya berkembang, sehingga pada saatnya akan menggantikan generasi sebelumnya menjadi pemimpin-pemimpin bangsa.

Kenakalan tidak hanya sekitar bolos sekolah, mencuri kecil-kecilan, tidak patuh pada orang tua, tetapi kini sudah mencapai tindak kriminal. Remaja kini sudah terbiasa melakukan apa yang disebut dengan bullying, yaitu menindas remaja lain yang lebih lemah, atau melakukan pembunuhan terhadap orang lain, bunuh diri dan kini yang sedang marak adalah seks bebas di kalangan remaja.



            HASIL SURVEI

            Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI 2007) menunjukkan jumlah remaja di Indonesia mencapai 30 % dari jumlah penduduk, jadi sekitar 1,2 juta jiwa. Hal ini dapat menjadi aset bangsa jika remaja dapat menunjukkan perilaku positif namun sebaliknya akan menjadi petaka jika remaja tersebut menunjukkan perilaku yang negatif bahkan sampai terlibat dalam kenakalan remaja.

Kondisi remaja di Indonesia saat ini : 

1.   Pernikahan usia remaja

2.   Sex pra nikah dan Kehamilan tidak dinginkan
3.   Aborsi 2,4 jt : 700-800 ribu adalah remaja
4.   MMR 343/100.000 (17.000/th, 1417/bln, 47/hr perempuan meninggal) karena 
      komplikasi kehamilan dan persalinan
5.   HIV/AIDS: 1283 kasus, diperkirakan 52.000 terinfeksi (fenomena gunung es), 70% 
      remaja
6.   Miras dan narkoba


                
   
            
           Hasil Penelitian BNN bekerja sama dengan UI :
1.Jumlah penyalahguna narkoba sebesar 1,5% dari populasi atau 3,2 juta orang, terdiri dari 69%
kelompok teratur pakai dan 31% kelompok pecandu dengan proporsi laki-laki sebesar 79%,
perempuan 21%
2.Kelompok teratur pakai terdiri dari penyalahguna ganja 71%, shabu 50%, ekstasi 42% dan
obat penenang 22%
3.Kelompok pecandu terdiri dari penyalahguna ganja 75%, heroin / putaw 62%, shabu 57%,
ekstasi 34% dan obat penenang 25%
4.Penyalahguna Narkoba Dengan Suntikan (IDU) sebesar 56% (572.000 orang) dengan kisaran
515.000 sampai 630.000 orang
5.Beban ekonomi terbesar adalah untuk pembelian / konsumsi narkoba yaitu sebesar
Rp. 11,3 triliun 
6.Angka kematian (Mortality) pecandu 15.00 orang meninggal dalam 1 tahun.    

     Hasil survei yang mengejutkan. Seharusnya remaja menikmati masa remajanya dengan hal-hal yang positif. Namun berdasarkan hasil survei, kebanyakan remaja terjerumus dalam hal-hal yang negatif. 



            FAKTOR

        Faktor yang menyebabkan terjadinya masalah sosial di kalangan remaja adalah sebagai berikut:

a.      Media massa
Media massa adalah salah satu sumber informasi yang bisa dicapai oleh para remaja. Entah majalah ataupun acara televisi. Banyak sinetron atau acara televisi yang menampilkan adegan kekerasan ataupun menampilkan cara berpakaian yang kurang tepat bagi remaja sehingga remaja mencontoh apa yang ada kemudian menerapkannya dalam keseharian mereka. Seakan-akan mencaci maki orang atau tindak kriminal lain merupakan hal yang lumrah dan dapat diterima siapa saja.

b.      Internet
Globalisasi menyebabkan maraknya teknologi informasi yang semakin maju, salah satunya internet yang bisa di akses oleh segala usia. Banyak remaja yang menyalahgunakan internet ini sebagai media untuk melakukan tindak kejahatan.

c.       Dunia cinta remaja
Pergaulan bebas diantara remaja menyebabkan terjadinya tindak kriminal. Pergaulan antara remaja laki-laki dengan remaja perempuan yang di luar kontrol bisa mengakibatkan hal-hal negatif seperti seks bebas, anak di luar nikah, zina, dan sebagainya.

d.      Teman sepermainan
Setiap remaja pasti memiliki teman, namun tidak semua teman akan memberi dampak positif bagi diri remaja, malah memberi dampak negatif contohnya membujuk untuk menggunakan obat-obatan terlarang, melakukan kejahatan secara berkelompok (tawuran) dan sebagainya.

e.      Keluarga
Keluarga yang kurang harmonis juga bisa menyebabkan terjadinya kenakalan remaja. Remaja yang merasa tertekan di lingkungan keluarga yang kurang harmonis akan mencari cara untuk bisa membebaskan dirinya dengan cara mereka sendiri, dan kebanyakan dariu mereka memutuskan untuk berfoya-foya, menggunakan obat-obatan terlarang, bunuh diri, mabuk-mabukkan dan sebagainya yang bisa saja membahayakan diri remaja itu sendiri.



             SOLUSI

                  Perlu solusi yang tepat untuk menyelesaikan suatu masalah. Kenakalan remaja dapat dicegah dengan adanya pengawasan dari orang tua, sekolah, dan juga masyarakat sekitar remaja. Dan tak lepas dari agama, menguatkan iman juga menjadi faktor penting untuk mencegah terjadinya tindak kriminal atau kenakalan remaja tersebut. Pengenalan kepada remaja mengenai gaya hidup, lingkungan sekitar, dan bahaya di masyarakat juga turut membantu mencegah terjadinya kenakalan remaja.


Sumber









Artikel terkait